SELAMAT
TAHUN BARU:
TODAY
IS A GIFT-THAT’S WHY THEY CALL IT “THE PRESENT”
Pdt. Saut Silitonga
Mphill
Melayani di HKBP Banuahulu Distrik
XVI Humbang Habinsaran
Selamat
datang siklus waktu, waktu yang baru! Kita bersyukur karena waktu yang masih
kita rayakan adalah waktu tempora, bukan ultima atau momentum.
Terpujilah Tuhan karena IA mendengarkan permohonan kita, yang kita
sampaikan pada awal tahun yang lalu. Permogonan kita adalah “Ya Tuhan, kami
memohon tahun ini tidak menjadi annos horribilis!” Tuhan
mengabulkannya. Terlepas dari problema kita secara pribadi, gereja kita HKBP
dijauhkan dari peristiwa-peristiwa
menakutkan (horror); justru
yang kita alami dan kita kerjakan adalah betapa banyak berkat dan karunia Tuhan
yang pantas disyukuri dan dirayakan.
Berbicara
tentang ‘waktu’, secara khusus tentang pemaknaannnya, kita akan banyak
menemukan pendapat atau penafsiran atasnya. Masing-masing orang pasti memiliki
perspektif pribadi; masing-masing kelompok pasti memiliki perspektif kelompok,
dan lain sebagainya. Ada orang menganggap bahwa ‘waktu’ adalah suatu titik
ambang batas untuk merenungkan yang kekal dan yang fana. Ada kelompok yang
menganggap bahwa ‘waktu’ adalah sebagai metafora perubahan ke arah yang lebih
baik atau lebih sempurna; itu sebabnya pada ujung tempora selalu membuat
suatu rujiruji (bhs. Batak). Bahkan ada kelompok yang menganggap
bahwa ‘waktu’ adalah penyadaran akan apa yang disebut dengan perubahan. Hal ini seturut dengan
sebuah istilah orang Romawi yang berkata “tempora mutantur, et nos mutamur in illis”,
yang artinya waktu berganti/berubah dan kita pun berubah di dalamnya. Berubah
secara fisik, ataupun visi/misi, perspektif ataupun cita-cita. Hal ini seturut
dengan: keadaaan/kemampuan, ilmu, dan teknologi.
Tempora
mutantur, et nos mutamur in illis, zaman (waktu) berubah dan kitapun
ikut berubah di dalamnya. Sebenarnya, perubahan yang kita harapkan adalah
perubahan ke arah yang lebih baik. Namun yang terjadi terkadang ke arah yang
sebaliknya. Coba kita melihat kepada realita. Zaman sekarang adalah suatu zaman
dimana kemajuan teknologi informatika sangat pesat. Hal ini juga mengakibatkan
terjadinya perubahan pada apa yang disebut dengan “moral/ethic change”.
Perubahan terjadi dengan cepat, dan diikuti dengan perubahan nilai-nilai. Lalu,
perubahan ini juga sangat sulit dihadapi, apalagi dengan cara-cara
konvensional, yang dogmatis maupun dengan cara legalis. Siklus waktu yang
dibarengi dengan kemajuan ilmu dan teknologi seolah-olah justru menciptakan
horror dan kepanikan.
Mari
lupakan sejenak kemajuan ilmu dan teknologi beserta dengan segala efek yang
ditimbulkannya. Ia akan tetap berjalan seiring dengan berjalannya waktu. Yang
baru dan yang canggih akan selalu muncul, seolah-olah berlomba dengan waktu,
seolah-olah mau saling mendahului. Jika kita melihatnya dengan gamblang dan
santai, waktu dan teknologi adalah seolah-olah seperti dua anak yang sedang
berlomba, he...he...hee... Lalu, ketika mereka sampai kepada sebuah ‘finish
kecil’ (berupa hasil atau produk), bukankah kita sendiri nantinya yang
menikmatinya?
Mari
kita merayakan tahun yang baru ini. Untuk merayakannya, kali ini aku mengutip
sebuah kalimat yang berkata “Today is a gift-that’s why they call it ‘the
present’ ”. Hari ini adalah anugerah; semua waktu yang kita terima
adalah pemberian Sang Empunya Waktu. Karena waktu adalah suatu pemberian,
itulah sebabnya mereka (yang memiliki bahasa ini) menyebutnya dengan kata “Present”,
yang artinya hadiah. Tahun yang baru ini adalah hadiah. Betapa beruntungnya
kita ada dan berada di dalam waktu. Menurut saya ungkapan ini hendak
menyadarkan kita bahwasanya”ternyata setiap hari Tuhan sudah menyediakan dan
selalu memberikan kita hadiah”. Ini adalah suatu kepastian bahwa pada tahun
ini, tahun 2018, Tuhan sudah menyediakan hadiah bagi kita hari demi hari. Itu
berarti, bahwa tahun ini adalah tahun penuh pengharapan, penuh berkat, tahun
penuh anugerah. Maka, bersama-sama dengan Tuhan, kita melangkah dengan penuh
optimis. Apa yang ada dalam bayangan Aaron Soren Kierkegaard, ketika ia berpikir
In
Fear and Trembling in Anguish, tertutupi oleh Full Present of God.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar