Lalu
Pontius Pilatus pun Berkata : “Ibis ad Crucem!”
Pdt. Saut Silitonga, Mphil
Artinya
adalah “Engkau akan disalibkan”. Ini adalah salah satu kalimat yang diucapkan
Pontius Pilatus, Gubernur Romawi yang menjadi wali negeri Yerusalem pada saat
itu. Kalimat itu diucapkan kepada Yesus, Mesias pada saat ia mengadili-Nya. Peristiwanya
adalah ketika orang banyak itu membawa Yesus ke gedung pengadilan sembari
menyampaikan alasan mengapa mereka membawa-Nya ke hadapan Pontius Pilatus.
“Telah kedapatan oleh kami, bahwa orang ini menyesatkan bangsa kami dan
melarang membayar pajak kepada kaisar, dan tentang dirinya Ia mengatakan bahwa
Ia adalah Kristus, yaitu Raja” (Lukas 23 : 2).
Setelahnya sang gubernur memang
mencoba untuk menggali informasi sebanyak mungkin dengan menyampaikan
pertanyaan-pertanyaan kepada Sang Mesias. Lalu, dari semua informasi yang dapat
ia kumpulkan, kesimpulannya adalah bahwa ia sama sekali tidak menemui kebenaran
dari tuduhan-tuduhan yang disampaikan orang banyak itu. Dengan tegas ia
mengatakan : “Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya” (Yoh 18 : 38c).
Tentu ini bukan perkataan yang dibuat-buat melainkan seturut dengan
pertimbangan dan keilmuannya. Sebagai seorang gubernur yang diutus oleh
Kekaisaran Romawi lalu menempatkannya di Yerusalem, yaitu sebuah kota atau
wilayah yang paling kompleks dari sekian banyak wilayah jajahan, tentu ia
bukanlah sembarang orang. Dengan istilah lain, bahwa ia adalah seseorang yang
memiliki kualifikasi komplit.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa
Romawi adalah imperium yang sangat mencintai ilmu dan pengetahuan. Setelah
keruntuhan Yunani, maka Romawilah yang menjadi tolok ukur ilmu dan pengetahuan.
Oleh karena itu, ungkapan yang mengatakan “Semua jalan menuju Roma” tidaklah
sebuah ungkapan omong kosong; melainkan ungkapan yang sebenar-benarnya. Artinya
adalah Roma menjadi pusat segalanya. Faktanya adalah Roma menghasilkan ribuan
kalimat-kalimat bijak yang hingga saat ini menjadi referensi keilmuan; Roma
menghasilkan drama-drama yang hingga saat ini selalu diolah ulang (misalnya
Romeo dan Juliet); Roma menghasilkan tokoh-tokoh filsuf yang berpengaruh hingga
saat ini: Cicero, Lucretius, Seneca, Musonius, Rufus, Plutarch, Epictetus,
Tacitus, Marcus Aureluis, dan lain-lain. Tentu, Pontius Pilatus adalah
seseorang yang telah mengenyam pendidikan yang mana keilmuannya bersumber dari
hasil pemikir-pemikir hebat tersebut disini.
Selain itu, Roma sebagai imperium
yang berlandaskan ilmu dan pengetahuan memiliki prinsip yang terdapat pada
sebuah adagium misi yang berbunyi “Roma locuta, causa finita est”.
Tentu, kehadiran Pontius Pilatus sebagai perwalian Romawi di Yerusalem adalah
mengemban misi ini. Ketika Roma berbicara maka segala sesuatu harus beres.
Tentu, kejadian tentang Yesus ditangkap dan selanjutnya dibawa ke pengadilan
untuk diadili adalah sebuah kekacauan. Dan kekacauan ini harus segera diselesaikan.
Maka, ketika Roma berbicara (melalui Pontius Pilatus) seharusnya masalah pun
seharusnya selesai. Lalu, untuk menyelesaikannya, ia sudah berkata “Aku tidak
mendapati kesalahan apapun pada-Nya”.
Akan tetapi yang terjadi bukanlah
selesainya persoalan, melainkan kekacauan dan kerusuhan (Lukas 23 : 13 – 25).
Dan ini membuat dirinya menjadi ketakutan. Adagium Roma locuta, causa finita
est tidak dapat ia tegakkan. Ia juga pasti tahu tentang prinsip hukum Romawi
yang berkata “Fiat justitia ruat caelum”, ini juga tidak dapat ia tegakkan.
Bahkan dalam hal ini yang ia perbuat dan berkata “Aku tidak bersalah terhadap
darah orang ini; itu urusan kamu sendiri” (Matius 27 : 24).
Dalam kepanikannya, yang tergambar
dalam Yohanes 19 : 8 – 16 lalu terungkaplah perkataannya “Ibis ad crucem!”
Inilah ucapan yang keluar dari hatinya yang terdalam ketika ia tidak berdaya
lagi untuk menghadapi para pemimpin agama, pemimpin lokal dan massa yang
menginginkan Yesus, Sang Mesias itu, untuk disalibkan. Ia tidak dapat berbuat
apa-apa karena ketakutan lalu mengikuti apa saja yang dikehendaki orang banyak
itu.
Hanya, mungkin tidak ada yang
memberitahukan kepada Pontius Pilatus bahwa ada nubuatan yang tertulis dan ini
telah terkumandang sejak dahulu kala:
”Tetapi sesungguhnya penyakit kitalah yang
ditanggungNya dan kesengsaraan kita yang dipikulNya, padahal kita mengira Dia
kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena
pemberontakan kita, Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang
mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadaNya dan oleh bilur-bilurnya
kita menjadi sembuh” (Yesaya 53 :4 – 5).
Selamat Jumat Agung!
Immanuel HKBP No.4/April 2018/Tahun ke-128