Sabtu, 17 Februari 2018

SELAMAT TAHUN BARU TODAY IS A GIFT-THAT’S WHY THEY CALL IT “THE PRESENT”

SELAMAT TAHUN BARU:
TODAY IS A GIFT-THAT’S WHY THEY CALL IT “THE PRESENT”

Pdt. Saut Silitonga Mphill
Melayani di HKBP Banuahulu Distrik XVI Humbang Habinsaran






            Selamat datang siklus waktu, waktu yang baru! Kita bersyukur karena waktu yang masih kita rayakan adalah waktu tempora, bukan ultima atau momentum. Terpujilah Tuhan karena IA mendengarkan permohonan kita, yang kita sampaikan pada awal tahun yang lalu. Permogonan kita adalah “Ya Tuhan, kami memohon tahun ini tidak menjadi annos horribilis!” Tuhan mengabulkannya. Terlepas dari problema kita secara pribadi, gereja kita HKBP dijauhkan dari peristiwa-peristiwa  menakutkan (horror); justru yang kita alami dan kita kerjakan adalah betapa banyak berkat dan karunia Tuhan yang pantas disyukuri dan dirayakan.
            Berbicara tentang ‘waktu’, secara khusus tentang pemaknaannnya, kita akan banyak menemukan pendapat atau penafsiran atasnya. Masing-masing orang pasti memiliki perspektif pribadi; masing-masing kelompok pasti memiliki perspektif kelompok, dan lain sebagainya. Ada orang menganggap bahwa ‘waktu’ adalah suatu titik ambang batas untuk merenungkan yang kekal dan yang fana. Ada kelompok yang menganggap bahwa ‘waktu’ adalah sebagai metafora perubahan ke arah yang lebih baik atau lebih sempurna; itu sebabnya pada ujung tempora selalu membuat suatu rujiruji (bhs. Batak). Bahkan ada kelompok yang menganggap bahwa ‘waktu’ adalah penyadaran akan apa yang disebut dengan perubahan. Hal ini seturut dengan sebuah istilah orang Romawi yang berkata “tempora mutantur, et nos mutamur in illis”, yang artinya waktu berganti/berubah dan kita pun berubah di dalamnya. Berubah secara fisik, ataupun visi/misi, perspektif ataupun cita-cita. Hal ini seturut dengan: keadaaan/kemampuan, ilmu, dan teknologi.
            Tempora mutantur, et nos mutamur in illis, zaman (waktu) berubah dan kitapun ikut berubah di dalamnya. Sebenarnya, perubahan yang kita harapkan adalah perubahan ke arah yang lebih baik. Namun yang terjadi terkadang ke arah yang sebaliknya. Coba kita melihat kepada realita. Zaman sekarang adalah suatu zaman dimana kemajuan teknologi informatika sangat pesat. Hal ini juga mengakibatkan terjadinya perubahan pada apa yang disebut dengan “moral/ethic change”. Perubahan terjadi dengan cepat, dan diikuti dengan perubahan nilai-nilai. Lalu, perubahan ini juga sangat sulit dihadapi, apalagi dengan cara-cara konvensional, yang dogmatis maupun dengan cara legalis. Siklus waktu yang dibarengi dengan kemajuan ilmu dan teknologi seolah-olah justru menciptakan horror dan kepanikan.
            Mari lupakan sejenak kemajuan ilmu dan teknologi beserta dengan segala efek yang ditimbulkannya. Ia akan tetap berjalan seiring dengan berjalannya waktu. Yang baru dan yang canggih akan selalu muncul, seolah-olah berlomba dengan waktu, seolah-olah mau saling mendahului. Jika kita melihatnya dengan gamblang dan santai, waktu dan teknologi adalah seolah-olah seperti dua anak yang sedang berlomba, he...he...hee... Lalu, ketika mereka sampai kepada sebuah ‘finish kecil’ (berupa hasil atau produk), bukankah kita sendiri nantinya yang menikmatinya?

            Mari kita merayakan tahun yang baru ini. Untuk merayakannya, kali ini aku mengutip sebuah kalimat yang berkata “Today is a gift-that’s why they call it ‘the present’ ”. Hari ini adalah anugerah; semua waktu yang kita terima adalah pemberian Sang Empunya Waktu. Karena waktu adalah suatu pemberian, itulah sebabnya mereka (yang memiliki bahasa ini) menyebutnya dengan kata “Present”, yang artinya hadiah. Tahun yang baru ini adalah hadiah. Betapa beruntungnya kita ada dan berada di dalam waktu. Menurut saya ungkapan ini hendak menyadarkan kita bahwasanya”ternyata setiap hari Tuhan sudah menyediakan dan selalu memberikan kita hadiah”. Ini adalah suatu kepastian bahwa pada tahun ini, tahun 2018, Tuhan sudah menyediakan hadiah bagi kita hari demi hari. Itu berarti, bahwa tahun ini adalah tahun penuh pengharapan, penuh berkat, tahun penuh anugerah. Maka, bersama-sama dengan Tuhan, kita melangkah dengan penuh optimis. Apa yang ada dalam bayangan Aaron Soren Kierkegaard, ketika ia berpikir In Fear and Trembling in Anguish, tertutupi oleh Full Present of God. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MARLAS ROHA RAP DOHOT DONGAN NA BURJU MARROHA

  ACARA PARTANGIANGAN MAMASUHI BAGAS   Keluarga Agus Mangara Tua Situmorang, S.E. / Meliyani Sari br. Silitonga, S.E. (Ama/ina A...